Senin, 31 Maret 2008

FORGIVENESS

Alkisah di suatu saat yang lalu, terjadi sebuah pertengkaran hebat didalam hidup saya. Dimana dimata ini, selalu tampak bahwa orang lain yang salah (naturally begitu, dan biasanya emang bener since I am not a kind of person that try to make an argue or fighting with another people without a strong reason).

Pertengkaran itu terjadi pada saat tugas kuliah semester 4 sedang banyak- banyaknya, dan sialnya, tugas itu sendiri yang memicu terjadinya pertengkaran. Why? Karena tugas-tugas itu adalah tipe-tipe pekerjaan berkelompok yang tentunya hanya bisa diselsaikan dengan kerja kelompok. Seperti kata DJ Romy sekarang, Unity in Diversity, sangat diperlukan untuk menjamin berhasilnya pekerjaan kami. Namun ternyata, menyatukan semua orang bukanlah pekerjaan yang mudah.

Adalah Toro, seorang sahabat, yang menjadi lawan main pertengkaran pada saat itu. Ya, seperti teater, pertengkaran itu terjadi. We use to be a closest friend. Saya besar, dan dia kecil. Perut saya maju kedepan karena gendut, dan dia cekung kedalam karena busung lapar. Funny to imagine how the fight started.. We just start to yelling at each other, and then boom. We don’t even talk again for a half year.

Aku selalu berpikir kalau aku yang benar. Terlebih ketika diri ini sudah berusaha untuk meminta maaf melalui sms, namun balasan tidak pernah datang darinya (udah kaya pacaran aja). Beberapa sahabat selalu mengingatkan saya, katanya “Mon, udah lupain aja yang udah terjadi. Gua yakin lu orang berdua salah paham.. Sayang banget mengingat semua yang udah lu orang alamin bersama.” Dengan penuh kebajikan mereka berharap agar salah satu dari kami mau mencoba untuk memulai perdamaian.

“Tetapi, untuk apa perdamaian itu? Ketika orang lain yang salah, kenapa kita yang harus mulai untuk berdamai? Dia dong yang harus mulai !” Pikiran-pikiran seperti itu selalu membayangi dan menahan langkah saya untuk membereskan masalah-masalah dengan Toro.

Hal ini berlangsung selama ½ tahun. Sampai suara Yang Maha Tinggi datang menghampiri diri ini didalam perkataan hambaNya digereja. Katanya : “ Ibadah yang sejati adalah melepaskan pengampunan, membereskan persoalan-persoalan yang terjadi dengan teman, saudara, sahabat. Itulah yang Tuhan kehendaki ! Setelah kau mengampuni kesalahan saudaramu, barulah Tuhan akan mendengar doa-doamu.”

Lucunya, perkataan seperti itu, saya dengar dalam 3 kotbah yang berbeda didalam satu minggu, dengan orang yang berbeda-beda pula ! Macam apa pula ini..

Kemudian hati ini menyerah. Secara tiba-tiba, tidak ada lagi masalah benar dan salah, siapa yang jahat dan siapa yang baik. Ketika kepasrahan itu datang, kekuatan yang besar memampukan saya untuk mengerti bahwa persahabatan itu sesuatu yang sangat berarti untuk diperjuangkan, membuat saya menghampiri Toro. Saya masih ingat, pada hari Selasa, 18 maret 2008, sebuah uluran tangan persahabatan plus ucapan selamat ulang tahun untuk sahabat saya itu terjadi, dan saya begitu lega dan senang ketika kita berdua dapat membicarakan semuanya dengan baik-baik. Sekarang, saya bisa panggil dia Torso, atau perut cekung, dan kami bisa menjadi paduan angka satu dan nol lagi.

Well, ternyata sesederhana itu ya? Ya. Hal ini menyadarkan saya, bahwa banyak hal dalam hidup ini sebenarnya sesederhana itu. Terkadang, kepasrahan adalah kuncinya, dan Tuhan lah yang membukakan pintunya. Kemudian seperti pepatah bijaksana katakan, berdoalah demikian : “Tuhan, berikan kami ketegaran untuk menerima yang tidak dapat kami ubah, keberanian dan kekuatan untuk dapat mengubah yang masih dapat kami ubah, dan kebijaksanaan untuk dapat membedakan keduanya.”

Sabtu, 29 Maret 2008

This is it. No more talk, we gotta choose. It's gonna be starting to go somewhere we need to be, or keep silence and wait for the best moment to go.

Cuma satu yang masuk didalam hati, pada hari ini. Sesuatu itu adalah sebuah perkataan bijaksana dari seorang teman. Katanya : " Perubahan bukanlah sebuah perubahan sampai terjadi perubahan."

Like it or no, in the end, we all got to go to the place we need to be. Cause, maybe that's what life is.. A journey, when we move to one place and another. When we go, not only in a circular motion, but to a point where there is greater light.